Teori Kepribadian
1. Perspektif Psikodinamika
A. Teori Kepribadian Freud
Freud meyakini bahwa pikiran terbagi ke dalam 3 struktur, yaitu preconscious, conscious, dan unconscious.
Conscious mind adalah alam sadar. Preconscious mind adalah level kesadaran kedua yang meliputi memori, informasi, dan peristiwa yang dengan mudahnya dapat ditarik menuju alam sadar oleh individu terkait. Struktur terbawah dari level kesadaran adalah unconscious mind. Unconscious mind adalah bagian terembunyi dari pikiran yang haya munculd alam bentuk simbolis seperti mimpi dan beberapa perilaku yang ditunjukkan manusia tanpamengetahui alasan mengapa mereka bertindak atau berlaku demikian. Freud meyakini bahwastruktur ini memiliki peran terpenting dalam komando kepribadian manusia.
Tiga kepribadian yang dikemukakan oleh freud:
1. Id
Bagian kepribadian pertama sekaligus paling primitif di antara ketiganya adalah id. Id sepenuhnya berada di unconscious level (alam bawah sadar). Id adalah bagian kepribadian yang didapatkan sejak lahir dan dicirikan bersifat pleasure-seeking serta amoral. Id terdiri dari seluruh dorongan biologis
Contoh: rasa lapar, haus, seks, sikap pertahanan diri, dll.
2. Ego
Freud meyakini pada saat bayi mulai tumbuh besar akan ada satu bagian kepribadian lagi yang berkembang, yaitu ego. Sebagian besar ego berada pada tingkat conscious dan jauh lebih rasional, logis, dan cerdik jika dibandingkan dengan id. Berbeda dengan id yang tindakannya berdasarkan pemenuhan kesenangan semata (pleasure principle), ego berlandaskan prinsip realitas (reality principle). Artinya, ego berfungsi untuk memenuhi tuntutan id hanya jika hal tersebut tidak menghasilkan konsekuensi negatif bagi individu yang bersanggkutan. Ini juga berarti ego bisa saja memutuskan untuk menolak atau tidak mencari pemenuhan kebutuhan id karena barangkali konsekuensi yang dihasilkan terlalu tidak menyenangkan atau menyakitkan.
Contoh: jika individu merasa lapar, maka ia akan memakan makanan yang dimilikinya. Pemenuhan rasa lapar dengan makan dipenuhi oleh ego karna tidak menimbulkan dampak negatif.
3. Superego
Bagian terakhir yang berkembang dari kepribadian adalah superego. Superego ibarat senjata moral dalam kepribadian. Bagian ini mulai berkembang saat anak-anak mulai memahami nilai-nilai sosial seperti aturan moral dan adat istiadat. Anak mulai memahami bagaimana mereka harus bertindak berdasarkan ekspektasi sosial. Pada superego ditemukan hati nurani yang akan menyebabkan individu merasakan rasa bersalah dan atau cemas apabila melakukan hal-hal yang dianggap menyimpang.
Contoh: ketika individu mengalami masalah finansial, maka id akan mengarahkan oada tindakan yang negatif seperti mencuri. Namun, superego berperan sebagai penghambat id sehingga ego akan mencari cara lain selain mencuri atau melakukan hal negatif.
Hubungan antara id, ego, dan superego dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Id akan membuat tuntutan berdasarkan kebutuhan atau keinginan semata
2. Superego menentukan batasan atas tuntutan id berdasarkan hati nurani dan moralitas
3. Ego menentukan tindakan apa yang harus dilakukan agar tuntutan id terpenuhi tanpa melanggar superego.
Psychological Defense Mechanism (Mekanisme Pertahanan Ego) adalah bagaimana individu melindungi dirinya dari rasa cemas ketika menghadapi kenyataan buruk entah itu berupa peristiwa yang menimpa atau perbuatan yang dilakukan.
Jenis mekanisme pertahanan ego:
a. Denial (penyangkalan)
Tindakan menolak atau menyangkal fakta bahwa situasi mengancam sedang terjadi dengan bersikap dan berpikir seolah semuanya baik-baik saja.
Contoh: ketika seseorang mendapatkan nilai yang rendah daoam ujiannya, ia tidak akan bereaksi untuk sementara waktu dan mencoba untuk melihat berulang kali hasil yang didapatkannya.
b. Repression (Represi)
Represi adalah perwujudan trauma masa lalu individu yang bersangkutan. Peristiwa mengerikan seperti perundungan, pelecehan, dan pembunuhan yang pernah terjadi di masa lalu akan mengakibatkan korban cenderung menekan ingatan-ingatan tersebut ke alam bawah sadar dan melupakan peristiwa tersebut dari alam sadarnya.
Contoh: ketika seseorang memiliki pengalaman menyakitkan, dia akan berusaha untuk menekan ke dalam alam bawah sadar dan berusaha untuk tidak mengingatnya lagi.
c. Rasionalization (Rasionalisasi)
Saat melakukan kesalahan, manusia kerap mencari-cari alasan yang masuk akal untuk perbuatan buruk yang dilakukannya agar mendapat pemakluman.
Contoh: ketika seseorang ketahuan mencuri, maka ia akan mencoba untuk mencari alasan lain untum pembenaran atas tindakannya seperti ingin memenuhi kebutuhan pokok, membeli obat, dll.
d. Projection (Proyeksi)
Projection adalah ketika seseorang memiliki perasaan atau pemikiran yang menganggu terhadap orang lain, tetapi ia menolak bahwa perasaan dan pemikiran tersebut berasal dari dirinya dan justru memilih untuk memercayai bahwa orang lainlah yang memiliki perasaan dan pemikiran itu terhadap dirinya.
Contoh: ketika seseorang membenci orang lain, maka ia akan mengatakan bahwa orang lain itu lah yang membencinya.
e. Reaction Formation
Tindakan pemberian reaksi yang bertolak belakang dengan perasaan dan pemikiran sebenarnya, dalam rangka mengatasi ataupun menyembunyikan kecemasan yang dirasakan.
Contoh: ketika seseorang mengalami masalah keluarga, saat ia bertemu dengan teman-temannya, ia akan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan meninjukkan reaksi yang ceria.
f. Displacement
Tindakan melampiaskan perasaan pada orang yang tidak bersangkutan, sebab jika ditujukan pada target sesungguhnya akan menghasilkan konsekuesi negatif atas dirinya sendiri.
Contoh: seseorang yang dimarahi oleh atasannya akan melampiaskan kemarahannya kepada keluarganya di rumah.
g. Regression (Regresi)
Regresi adalah tindakan kembali pada perilaku atau kebiasaan semasa kanak-kanak untuk mengatasi rasa cemas yang dihadapi.
Contoh: jika seseorang mengalami masalah maka ia akan menangis di kamarnya.
h. Identification (identifikasi)
Tindakan mengatasi rasa cemas dengan mencoba menyerupai orang lain yang diidolakan atau dianggap keren.
Contoh: ketika seseorang memiliki rasa penghargaan diri yang rendah, maka ia akan meniru orang populer yang dicintai banyak orang, dengan harapan ia bisa merasa lebih bergarga.
i. Compensation (Kompensasi)
Usaha menutupi rasa inferior pada satu area dengan menjadi superior pada area lainnya.
Contoh: ketika seorang suami didominasi dan merasa remeh dintempat kerja, maka ia akan mencoba untuk mendominasi dan keras pada istrinya.
j. Sublimation (Sublimasi)
Tindakan menyalurkan dorongan negatif melalui aktivitas-aktivitas positif dan bermanfaat.
Contoh: seseorang yang agresif akan mengalihkan emosinya dan menjadi petinju.
B. Tahapan Pengembangan Kepribadian
Freud meyakini bahwa perkembangan kepribadian muncul pada rangkaian tahap psikoseksual yang ditentukan oleh perkembangan seksualitas pada anak. Terdapat zona sensitivitas seksual yang berbeda pada masing-masing tahapan dan terkadang menjadi sumber konflik.
1. Tahap Oral (18 bulan pertama)
Zona sensitivitas seksual utama pada tahap ini adalah mulut. Konflik yang terjadi pada tahap ini dapat berupa penyapihan, contohnya mengganti payudara ibu dengan cangkir. Penyapihan yang dilakukan baik terlalu lambat maupun terlalu cepat bisa memengaruhi tingkat kepuasan kebutuhan oral anak yang pada saat dewasa muncul sebagai perilaku atau kebiasaan tertentu yang berkaitan dengan mulut seperti tukang makan, cerewet, suka menggigiti kuku jari, dll. Jika kebutuhan oral anak pada tahap ini terlalu dimanjakan sehingga penyapihan lambat dilakukan, maka anak akan cenderung tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri, tetapi optimis. Sedangkan, pada anak yang mengalami penyapihan terlalu cepat, anak cenderung tumbuh besar dengan sifat agresif dan pesimis.
2. Tahap Anal (18-36 bulan)
Zona sensitivitas seksual utama pada tahap ini adalah anus. Freud meyakini bahwa anak-anak juga mendapatkan sensasi menyenangkan dari perilaku menahan dan mengejan feses. Konflik yang dapat terjadi pada tahap ini adalah toilet training, yaitu tuntutan untuk menggunakan toilet saat buang air. Pada tahap inilah ego mulai mengalami perkembangan.
3. Tahap Phallic (3-6 tahun)
Pada tahap ini, zona sensitivitas seksual utama pada anak adalah bagian genital. Anak-anak mulai memahami adanya perbedaan jenis kelamin dan mencoba untuk mengeksplor dirinya berdasarkan jenis kelamin yang ada padanya dengan melakukan rangsangan mandiri pada area genital atau yang dikenal dengan masturbasi.
Konflik yang terjadi pada tahap ini adalah munculnya perasaan seksual pada anak. Anak laki-laki pada tahap phallic akan memiliki ketertarikan seksual pada ibunya dan kecemburuan seksual pada ayahnya. Fenomena ini disebut juga dengan Oedipus Complex. Ketertarikan seksual yang dimaksud pada tahap ini adalah keingintahuan seksual yang berkombinasi dengan perasaan cinta kasih pada ibu.
Di lain sisi, anak perempuan juga mengalami hal serupa yang dalam proses ini disebut sebagai electra complex. Bedanya, anak perempuan akan menargetkan sang ayah dan menjadikan ibu sebagai lawan.
4. Tahap Laten (6 tahun-menjelang pubertas)
Karna pada tahap phallic anak melakukan represi perasaan seksual terhadap lawan jenis, kondisi tersebut akan tetap berlanjut hingga tahap laten. Dalam rentang umur 6 sampai masa pubertas, perasaan seksual anak akan tetap berada pada tingkat unconscious akibat represi sehingga pada tahap laten anak tidak mengalami perkembangan perasaan seksual, melainkan perkembangan intelektual, fisik, dan sosial. Anak-anak usia ini cenderung berteman dengan sesama jenis dan menghindari interaksi berlebihan dengan lawan jenis.
5. Tahap Genital (Pubertas-dewasa)
Saat anak mulai memasuki masa remaja, perasaan seksual yang mengalami penekanan di alam bawah sadar sedari tahap phallic akan muncul kembali pada tahap genital. Namun, dorongan seksual yang dialami remaja bukanlah tentang orang tua lagi melainkan orang lain seperti teman sebaya, artis, dsb. Tahap genital adalah proses terakhir dalam teori kepribadian Freud serta mulainya perilaku sosial dan seksual permanen orang dewasa.
C. Neo-Freudian
Neo-Freudian adalah istilah yang ditujukan pada ahli yang menyetujui teori Freud dengan beberapa modifikasi atau pengubahan di dalamnya.
Tokoh-Tokoh Neo-Freudian :
1. Carl Gustav Jung
Jung percaya bahwa alam bawah sadar (unconscious mind) mengandung lebih dari sekadar rasa takut, dorongan, atau ingatan pribadi. Bagi Jung, unconscious mind lebih mengacu pada memori kolektif (arkeptis) dan bukannya ketidaksadaran secara personal. Ketidaksadaran ini dimiliki semua manusia sebagai bagian dari kolektif tertentu tentang memori kuno rasa takut dan kepercayaan yang terikat pada kolektif. Hal tersebutlah yang menurut Jung memengaruhi manusia dalam berperilaku. Memori kolektif dan universal ini disebutnya sebagai arketips. Contohnya adalah anima/animus (sisi feminin pria/maskulin wanita) dan shadow (sisi gelap dari kepribadian atau yang disebut "devil" oleh kultur barat). Sisi kepribadian yang seseorang tunjukkan sehari-hari dalam keadaan normal dinamakan persona.
2. Alfred Adler
Menurut Adler, motivasi utama setiap tindakan, emosi, dan pemikiran manusia bukan untuk mencari kesenangan melainkan untuk menjadi superior. Adler juga meyakini bahwa urutan kelahiran memengaruhi kepribadian anak yang umumnya dibawa hingga dewasa. Anak pertama akan merasa inferior ketika adik-adiknya mendapat seluruh perhatian orang tua dan melakukan kompensasi dengan usaha meraih banyak pestasi sebagai mekanisme pertahanan ego. Anak tengah biasanya merasa sedikit lebih mudah dengan merasa superior dari segi perhatian orang tua dibandingkan anak pertama dan tetap bisa mendominasi adiknya. Anak kedua cenderung sangat kompetitif. Anak bungsu biasanya lebih dimanjakan dan dilindungi, tetapi cenderung merasa inferior karna tidak diberi kebebasan dan kepercayaan atas sebesar kakak-kakak mereka.
3. Karen Horney
Ia tidak setuju dengan pandangan Freud tentang "penis envy". Baginya, justru yang terjadi adalah "womb envy". Keadaan dimana seorang pria merasa butuh untuk mempertahankan diri melalui mekanisme kompensasi karna ketidakmampuan mereka melahirkan keturunan sehingga mereka berusaha keras menjadi superior di bidang lain. Alih-alih memfokuskan teorinya pada seksualitas seperti yang dilakukan Freud, Horny lebih memusatkan perhatian pada kecemasan dasar yang terbentuk saat bayi dilahirkan menuju dunia yang jauh lebih besar dan superior daripada dirinya. Pemberian rasa aman dan cinta dari orang tua akan mengatasi kecemasan ini.
4. Erik Erikson
Erikson adalah guru yang kemudian berguru kepada Anna Freud untuk menjadi ahli psikoanalisa. Ia juga tidak menyetujui penekanan Freud pada sex dalam menjelaskan perkembangan kepribadian manusia. Menurutnya, penekanan yang benar dalam teori kepribadian adalah tentang pentingnya hubungan sosial pada tiap tahapan kehidupan.
2. Pandangan Kognitif Perilaku dan Sosial Tentang Kepribadian
A. Teori Pembelajaran
Tokoh behaviorisme menganggap bahwa kepribadian hanyalah rangkain respon yang dipelajari dan menjadi kebiasaan. Beberapa ahli behaviorisme bahkan memandang semua tindakan yang ditunjukkan baik manusia maupun hewan adalah respon terhadap stimulus yang telah dikondisikan atau diperkuat dalam beberapa hal.
Teori pembelajaran kognitif sosial yang menekankan pada pentingnya pengaruh perilaku orang lain dan keputusan individu untuk mempelajari perilaku baru dengan mengamati orang lain beserta konsekuensi yang timbul dari perilaku yang diamati tersebut.
1. Konsep Determinisme Timbal-balik dan Self-Efficacy oleh Bandura
Bandura meyakini bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi pola perilaku dalam membentuk kepribadian, yaitu lingkungan, perilaku, dan faktor kognitif yang digunakan masing-masing individu pada situasi tertentu berdasarkan pengalaman masa lalu. Satu faktor akan memengaruhi faktor-faktor lainnya secara timbal balik atau yang disebutnya sebagai reciprocal determinism.
Contoh: ketika seorang siswa memasuki kelas dan guru yang mengajar belum masuk (lingkungan), bagian kepribadian siswa tersebut yang menginginkan perhatian membuatnya berbicara dengan keras sambil melontarkan berbagai lelucon karena di masa lalu ia telah mendapat penghargaan dari orang lain setelah melakukan hal tersebut (penguatan masa lalu dan ekspektasi terhadap penghargaan).
2. Teori Pembelajaran Sosial oleh Rotter
Rotter menyusun sebuah teori yang dikembangkannya dari prinsip dasar motivasi berdasarkan law of effect Thorndike. Baginya, manusia didorong oleh rasa ingin mencari penguatan dan menghindari hukuman. Dia memandang kepribadian sebagai serangkaian respons potensial yang relatif stabil dalam berbagai situasi.
Rotter mengembangkan konsep Locus of Control yang berarti kecenderungan manusia untuk mengasumsikan bahwa mereka memiliki atau tidak memiliki kontrol atas peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka. Orang-orang yang memiliki Locus of Control internal yang tinggi akan mengasumsikan bahwa tindakan dan keputusannya secara langsung memengaruhi konsekuensi yang akan mereka terima. Sedangkan, orang-orang dengan locus of control eksternal yang tinggi akan mengasumsikan bahwa hidup mereka lebih ditentukan oleh takdir, keberuntungan, atau orang lain. Bagi Rotter, terdapat dua faktor yang memengaruhi keputusan seseorang dalam bertindak, yaitu ekspektasi/harapan dan nilai penguatan. Reinforcement adalah bentuk konsekuensi positif yang terjadi karna respon tertentu. Reinforcement adalah tingkat keberhargaan nilai reinforcement satu jika dibandingkan dengan reinforcement lain bagi seseorang.
B. Pikiran Saat Ini tentang Perilaku dan Pandangan Pembelajaran Kognitif Sosial
Behaviorisme memiliki sejumlah kelemahan dalam menjelaskan kepribadian. Behaviorisme Klasik tidak melibatkan proses mental untuk menjelaskan perilaku dan tidak memberi bobot pada pengaruh sosial terhadap pembelajaran.
Sebaliknya, Psikologi Sosial Kognitif melibatkan proses mental dan lingkungan sosial serta pengaruhnya pada kepribadian. Walaupun beberapa kalangan mengkritik teori pembelajaran sosial kognitif karena kepribadian terlalu kompleks untuk dijelaskan sebagai hasil kognitif dan interaksi stimulus eksternal, tidak sedikit yang merasa terbantu dengan teori pembelajaran ini karena perannya dalamperkembangan terapi yang menjadi alternatif efektif untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan.
3. Kekuatan Ketiga: Humanisme dan Kepribadian
A. Carl Rogers dan Perspektif Humanistik
Maslow dan Rogers (1961) percaya bahwa manusia selalu berusaha untuk memenuhi kapasitas dan kemampuan bawaan mereka dan untuk menjadi segala sesuatu yang mereka miliki potensi genetik.
Dua komponen penting dari konsep diri adalah diri sejati (persepsi aktual seseorang tentang karakteristik, sifat, dan kemampuan yang menjadi dasar perjuangan untuk aktualisasi diri) dan diri ideal (persepsi tentang apa yang seharusnya atau ingin menjadi).Diri ideal terutama berasal dari orang lain yang penting dan signifikan dalam suatu kehidupan anak, terutama orang tua kita ketika kita masih anak-anak.
Rogers percaya bahwa ketika diri sejati dan diri ideal sangat dekat atau mirip satu sama lain lain, orang merasa kompeten dan mampu, tetapi ketika ada ketidakcocokan antara diri nyata dan diri ideal, kecemasan dan perilaku neurotik bisa terjadi hasil.
B. Pemikiran Saat Ini tentang Pandangan Humanistik terkait Kepribadian
Kelebihan Teori Humanistik :
1. Mengedepankan demokratis, partisipatif dialogis, dan humanis
Kelebihan pertama yang dapat diperoleh dari ilmu psikologi humanistis adalah prinsipnya yang selalu mengedepankan sifat sifat dan aturan yang berakitan dengan demokratis, partisipasif dialogis, dan humanis sehingga sangat mengesankan menghargai seseorang dengan baik.Teori humanistik menjadi lebih baik dibandingkan teori belajar kognitif.
2. Suasana yang saling menghargai
Kelebihan selanjutnya dari teori pembelajaran humanistik adalah dapat membuat suasana jadi semakin menghargai satu sama lain, Munculnya kebebasan untuk berpendapat tanpa dibatasi, dan kebebasan mengungkapkan batasan. Dengan begitu maka peserta didik dapat menjadi lebih kreatif.
3. Peran aktif peserta didik
Sebagai teori untuk memberikan pembelajaran yang baik berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan teori humanitis, pendekatan demokratis, humanis seperti yang disebutkan sebelumnya dapat menjadikan pembelajaran lebih mendapatkan peran aktif dari peserta didik.Selain peran aktif, antar individu juga dapat hidup bersama meskipun memiliki berbagai macam pertimbangan masing masing yang memicu perbedaan.
Kekurangan Teori Humanistik :
1. Pengujian yang tidak mudah
Kekurangan atau kelemahan yang pertama dalam teori belajar humanistik untuk mempelajari ilmu psikologi adalah pengujiannya yang dirasa tidak mudah atau dapat dikatakan cukup sulit.Bahkan kerap kali ditemukan kecurangan kecurangan yang menjadi sebuah tradisi.
2. Beberapa konsep masih buram dan subjektif
Hal lainnya yang juga menjadi salah satu kekurangan dari teori humanistik dalam pembelajaran ilmu psikologis adalah adanya beberapa konsep yang masih dikatakan buram dan subjektif karena guru tidak dapat memberikan informasi yang jelas.Konsep yang masih buram tersebut dapat menjadi penghambat pembelajaran.
3. Kreatifitas yang sering disalahgunakan
Kelemahan lain dari teori humanistik atau kreatifitas yang semakin bebas dan tanpa batas, kerap kali sering disalahgunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan arah pendidikan. Kondisi ini terjadi ketika ada individu yang tidak bertanggung jawab ditengah tengah kelompok.
4. Pemikiran yang tidak terpusat
Pembelajaran teori humanistik dapat menyebabkan adanya pemikiran yang tidak terpusat pada pokok permasalahan karena tiap individu diberikan kebebasan untuk dapat mengali potenisnya masing masing untuk menjawab persoalan yang diberikan.
4. Teori Sifat
A. Allport dan Cattell: Upaya Awal untuk Menjelaskan Sifat
Teori sifat kurang memperhatikan penjelasan perkembangan kepribadian dan mengubah kepribadian dari mereka dengan menggambarkan kepribadian dan memprediksi perilaku berdasarkan deskripsi itu.Sifat adalah cara berpikir yang konsisten dan bertahan lama ing, merasa, atau berperilaku, dan teori sifat mencoba untuk menggambarkan kepribadian dalam haldari sifat seseorang.Video Trait Theories of Personality menggambarkan perspektif ini dalam lebih detail.
Raymond Cattell (1990) mendefinisikan dua jenis sifat sebagai sifat permukaan dan sumber sifat-sifat.Ciri-ciri permukaan seperti yang ditemukan oleh Allport, mewakili ciri-ciri kepribadian. sifat yang mudah dilihat oleh orang lain.Ciri-ciri sumber adalah sifat-sifat yang lebih mendasar itu mendasari sifat-sifat permukaan.Misalnya sifat pemalu, pendiam, dan tidak menyukai keramaian mungkin semua sifat permukaan terkait dengan sifat sumber yang lebih mendasar dari introversi, sepuluh kecenderungan untuk menarik diri dari stimulasi yang berlebihan.
B. Teori Sifat Modern: Lima Besar Pemikiran Saat Ini tentang Perspektif Sifat
Teori Sifat Kepribadian “Model Lima Besar” atau “Big Five Personality Traits Model” yang dikemukakan oleh Seorang Psikolog terkenal yaitu Lewis Goldberg. Teori Sifat Kepribadian Model Lima Besar atau Big Five Personality Traits Model tersebut terdiri dari 5 dimensi kunci yaitu Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness dan Neuroticism.
1. Dimensi Kepribadian Opennes to Experience ini mengelompokan individu berdasarkan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk mengetahui serta mempelajari sesuatu yang baru. Karakteristik positif pada Individu yang memiliki dimensi ini cenderung lebih kreatif, Imajinatif, Intelektual, penasaran dan berpikiran luas. Sifat kebalikan dari “Openness to Experience” ini adalah individu yang cenderung konvensional dan nyaman terhadap hal-hal yang telah ada serta akan menimbulkan kegelisahan jika diberikan tugas-tugas baru.
2. Individu yang memiliki Dimensi Kepribadian Conscientiousness ini cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan ataupun penuh pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan, mereka juga memiliki disiplin diri yang tinggi dan dapat dipercaya. Karakteristik Positif pada dimensi adalah dapat diandalkan, bertanggung jawab, tekun dan berorientasi pada pencapain. Sifat kebalikan dari Conscientiousness adalah individu yang cendurung kurang bertanggung jawab, terburu-buru, tidak teratur dan kurang dapat diandalkan dalam melakukan suatu pekerjaan.
3. Dimensi Kepribadian Extraversion ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik Positif Individu Extraversion adalah senang bergaul, mudah bersosialisasi, hidup berkelompok dan tegas. Sebaliknya, Individu yang Introversion (Kebalikan dari Extraversion) adalah mereka yang pemalu, suka menyendiri, penakut dan pendiam.
4. Individu yang berdimensi Agreableness ini cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin menghindari konfilk. Karakteristik Positif-nya adalah kooperatif (dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik, hangat dan berhati lembut serta suka membantu. Karakteristik kebalikan dari sifat “Agreeableness” adalah mereka yang tidak mudah bersepakat dengan individu lain karena suka menentang, bersifat dingin dan tidak ramah.
5. Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang menilai kemampuan seseorang dalam menahan tekanan atau stress. Karakteristik Positif dari Neuroticism disebut dengan Emotional Stability (Stabilitas Emosional), Individu dengan Emosional yang stabil cenderang Tenang saat menghadapi masalah, percaya diri, memiliki pendirian yang teguh.
5. Kepribadian: Genetika dan Budaya
A. Genetika Perilaku Temuan Saat Ini tentang Warisan Kepribadian
Genetika perilaku adalah bidang yang dikhususkan untuk mempelajari seberapa besar sifat warisan seseorang memengaruhi kepribadiannya.
Temperamen terdiri dari karakteristik yang dibawa sejak lahir dan ditentukan oleh biologi, kita dapat mengasumsikan bahwa karakteristik kepribadian yang terikat dengan temperamen manusia dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan, jika kita merujuk pada temperamen hewan yang dapat dipengaruhi dengan memanipulasi pola pewarisan genetiknya.
6. Penilaian Kepribadian
A. Wawancara, Penilaian Perilaku, dan Inventori Kepribadian
Metode dalam mengukur kepribadian juga bervariasi menurut format jawaban dan jenis data yang diberikan:
1. Behavioral Assessment (Penilaian Perilaku)
Para behavioris tidak “melihat ke dalam pikiran,” mereka berpendapat kepribadian hanyalah kebiasaan yang dipelajari suatu respon terhadap rangsangan di lingkungan, metode yang lebih mereka sukai adalah melihat sebuah perilaku terungkap di dunia nyata.Pengamatan langsung, metode penilaian dimana seorang psikolog/seorang profesional mengamati klien yang terlibat dalam perilaku sehari-hari baik dalam pengaturan klinis maupun alami.
2. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah metode penilaian kepribadian di mana profesional memberikan beberapa pertanyaan tentang klien dan memungkinkan klien untuk menjawab pertanyaan tersebut baik secara terstruktur maupun tidak. Pada wawancara seorang klien dapat berbohong, memutarbalikkan fakta, salah mengingat, atau memberikan jawaban yang mereka pikir dapat diterima secara sosial, bukan informasi yang sebenarnya.
Masalah lain dalam wawancara adalah hallo effect, yaitu kecenderungan untuk membentuk kesan yang baik atau kesan buruk terhadap seseorang pada pertemuan pertama, sehingga pewawancara cenderung terpengaruh dari karakteristik dari seorang klien untuk menilai perilaku dan pernyataan klien.
3. Personality Inventories (Inventori Kepribadian)
Inventori kepribadian adalah sebuah kuesioner yang memiliki dafar pertanyaan standar dan hanya membutuhkan jawaban spesifik, seperti “ya”, ”tidak”, dan “tidak dapat memutuskan,” serta memiliki skala validitas yang dirancang untuk menunjukkan apakah orang yang mengisi inventori menjawab dengan jujur atau tidak. Pada inventori kepribadian setiap orang akan mendapatkan daftar pertanyaan yang sama dan kurangnya jawaban terbuka membuat penilaian ini jauh lebih objektif dan dapat diandalkan daripada tes proyektif.
Kelebihan dari tes ini dibandingkan dengan wawancara dan tes proyektif adalah tes ini terstandardisasi karena setiap orang mendapatkan pertanyaan yang persis sama dan jawabannya dinilai dengan cara yang persis sama. Masalah seperti bias pengamat dan bias interpretasi hampir tidak mungkin terjadi.
B. Tes Proyektif
Tes proyektif merupakan penilaian kepribadian dengan memberikan rangsangan visual yang ambigu kepada klien dan meminta klien untuk merespons secara langsung apa pun yang terlintas dalam pikirannya. Tes proyektif berbasis kinerja dan dapat digunakan untuk untuk mendeskripsikan kepribadian, mendiagnosis gangguan mental, dan memprediksi perilaku. Beberapa tes proyektif yang terkenal adalah tes noda tinta Rorschach, yaitu tes proyektif yang menggunakan 10 bercak tinta sebagai rangsangan ambigu. Selanjutnya ada Tes Apersepsi Tematik (TAT), yaitu tes proyektif yang menggunakan 20 gambar orang dalam situasi ambigu sebagai rangsangan visual.
Comments
Post a Comment