Seksualitas dan Gender

 1. Sisi Fisiologis Seksualitas Manusia

Seks atau jenis kelamin berbeda dengan gender. Seks adalah perbedaan secara fisik dan biologis antara perempuan dan laki-laki. Sementara gender merupakan pandangan masyarakat mengenai perilaku yang diharapkan menjadi pembeda antara laki-laki dan perempuan.

A. Karakteristik Seks Primer dan Sekunder

1. Seks Primer

Ciri seks primer ini bersifat langsung terlibat dalam proses reproduksi manusia. Walaupun belum sepenuhnya berkembang hingga pubertas, karakteristik ini sudah ada pada bayi saat lahir. 

Contoh: Pada Wanita, ciri-ciri tersebut meliputi vagina, uterus, dan ovarium. Pada laki-laki, ciri seks primer meliputi penis, testis, dan kelenjar prostat.

2. Seks Sekunder

Berbeda dengan seks primer, seks sekunder terlibat secara tidak langsung dalam reproduksi manusia. Ciri seks sekunder berkembang selama masa pubertas. Karakteristik ini berfungsi untuk membedakan laki-laki dari perempuan dan dapat bertindak sebagai penarik lawan jenis. 

a. Ciri seks sekunder pada wanita

Dimulai sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir sekitar satu tahun setelah siklus menstruasi pertama, dimana darah dan lapisan jaringan rahim keluar dari tubuh melalui vagina jika tidak mengalami kehamilan. Siklus menstruasi pertama ini disebut menarche.

Ciri seks sekunder merupakan perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan bentuk fisik seperti membesarnya payudara dalam masa sekitar 2 tahun, pinggul melebar untuk persiapan melahirkan, tumbuhnya rambut pada kemaluan, dan penimbunan lemak di area bokong dan paha. 

b. Ciri seks sekunder pada pria

Ciri seks primer juga mengalami perubahan selama masa pubertas, termasuk mulai memproduksi sperma (spermarche terjadi di usia sedikit diatas 14 tahun), serta pertumbuhan penis dan testis, yang pada akhirnya memungkinkan laki-laki berfungsi secara seksual dan bereproduksi.

B. Perkembangan Karakteristik Seks

Ciri seks primer berkembang saat embrio tumbuh dalam rahim sebagai akibat dari kromosom yang terkandung di dalam sel embrio serta pengaruh hormonal. Sekitar 5 minggu kehamilan, dua organ yang disebut gonad terbentuk di dalam embrio. Pada titik ini, gonad belum berdiferensiasi sehingga embrio tidak sepenuhnya jantan dan tidak sepenuhnya betina. 

Faktor penentu dikendalikan oleh kromosom. Jika kromosom pasangan ke-23 mengandung kromosom Y, gen pada kromosom Y tersebut menyebabkan gonad melepaskan testosteron, hormon pria atau androgen (hormon wanita disebut estrogen). Testosteron menyebabkan duktus Wolffi berkembang menjadi organ seks pria, sedangkan duktus Mullerian memburuk. Jika pasangan kromosom ke-23 mengandung dua kromosom wanita atau kromosom X, sehingga tidak ada testosteron yang dilepaskan, dan gonad akan berkembang menjadi ovarium penghasil estrogen. Saluran Mullerian menjadi organ seks wanita dan saluran Wolfian memburuk.

2. Sisi Psikologis Seksualitas Manusia

A. Gender Identity

Jenis kelamin dapat didefinisikan sebagai karakteristik laki-laki atau perempuan. Sementara gender didefinisikan sebagai aspek psikologis dari laki-laki dan perempuan. Peran gender adalah harapan budaya atas perilaku seseorang yang 

dianggap sebagai laki-laki atau perempuan yang meliputi sikap, tindakan, dan sifat kepribadian yang terkait dengan jenis kelamin tertentu dalam budaya tersebut. Proses perkembangan identitas gender seseorang (laki-laki atau perempuan) dipengaruhi oleh faktor biologis dan lingkungan (berupa pola asuh dan perilaku pengasuhan anak lainnya).

1. Pengaruh psikologi

Identitas gender seperti seks fisik tidak selalu laki-laki yang maskulin dan perempuan yang feminin. Rasa identitas gender seseorang tidak selalu cocok dengan penampilan luarnya atau bahkan kromosom seks yang menentukan apakah mereka laki-laki atau perempuan. 

Masalah psikologis, serta biologi dan lingkungan, memiliki pengaruh terhadap konsep identitas gender seseorang. Dalam sindrom yang disebut disforia gender, seseorang mengalami ketidaksesuaian gender, merasa bahwa dia menempati tubuh dari jenis kelamin lain, atau beberapa jenis kelamin alternatif yang tidak sama dengan jenis kelamin yang ditugaskan kepada mereka, dan memiliki tekanan yang signifikan tentang ketidaksesuaian tersebut.

Meskipun penyebab disforia gender tidak sepenuhnya dipahami, ada beberapa bukti pengaruh prenatal dan pengalaman anak usia dini sebagai penyebabnya. Sementara beberapa orang dengan kondisi ini merasa sangat kuat bahwa mereka adalah jenis kelamin yang salah sehingga mereka menjalani operasi untuk memperoleh karakteristik seks primer dan sekunder dari jenis kelamin yang mereka rasa seharusnya.

Kondisi gender alternatif lainnya adalah sindrom couvade, di mana pria yang pasangannya hamil mungkin mengalami semacam "kehamilan simpati". Misalnya, dia mungkin merasakan sakit fisik saat istrinya melahirkan.

2. Pengaruh biologis

Sebagian besar peneliti saat ini akan setuju bahwa biologi memiliki peran penting dalam identitas gender. Selain dari ciri seksual eksternal yang jelas dari alat kelamin, ada juga perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan. 

Beberapa peneliti percaya bahwa paparan hormon-hormon ini selama perkembangan janin tidak hanya menyebabkan pembentukan organ seksual tetapi juga mempengaruhi perilaku bayi yang biasanya dikaitkan dengan satu jenis kelamin atau lainnya. Kekakuan penampilan gender adalah tahap perkembangan yang tampaknya dialami oleh banyak anak usia prasekolah.

Contoh: Anak perempuan akan bersikeras mengenakan gaun, meskipun hanya beberapa minggu yang lalu mereka akan dengan senang hati memakai celana. Anak laki-laki mulai menolak untuk memakai apapun yang mungkin dianggap "feminin". 

3. Pengaruh Lingkungan

Dalam sebagian besar budaya, ada peran gender tertentu yang diharapkan dimainkan oleh laki-laki dan perempuan. Tekanan yang dapat ditimbulkan terhadap seseorang yang tidak memenuhi harapan ini bisa sangat besar. Di sebagian besar budaya Barat, tekanan untuk menjadi maskulin bahkan lebih besar bagi laki-laki daripada tekanan untuk menjadi feminin bagi perempuan.

4. Budaya dan Gender

Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa dalam beberapa dekade terakhir, perubahan telah terjadi dalam budaya yang memiliki "kepribadian" yang berbeda.

Budaya yang lebih individualistis (menekankan kemandirian dan ikatan yang longgar antar individu) dan memiliki standar hidup yang cukup tinggi menjadi lebih nontradisional, terutama bagi perempuan dalam budaya tersebut. Penelitian telah menunjukkan bahwa pandangan gender yang lebih tradisional tampaknya dianut oleh budaya kolektivistik (yang menekankan saling ketergantungan dan dengan ikatan yang kuat di antara individu, terutama ikatan kekeluargaan) yang kurang kaya, meskipun dalam budaya ini pun, perempuan cenderung kurang tradisional dibandingkan pria.

B. Gender-Role Development

Identitas gender dan Sikap manusia mengalami perkembangan seiring dengan pertumbuhan individu sendiri. Para ahli teori modern fokus mempelajari proses perkembangan identitas gender. Sehingga muncul beberapa teori yang menjelaskan bagaimana identitas gender berkembang. 

Adapun konsep perkembangan gender adalah:

1. Social learning theory

Social-learning theory menjelaskan bagaimana identitas gender individu berkembang hasil dari pengamatan dan peniruan sikap orang-orang disekitarnya seperti orang tua. Namun tidak hanya orang tua, saudara, teman, guru, bahkan media informasi bisa menjadi model pengamatan individu. 

2. Gender schema theory

Gender Schema Theory adalah teori perkembangan identitas gender yang menggabungkan Social-learning theory dengan kognitif. Tidak hanya meniru, anak juga mempunyai konsep bagaimana sikap seorang laki-laki maupun perempuan. Kemudian seiring berkembangnya otak, anak bisa mengidentifikasi dirinya apakah bersikap sebagai laki-laki atau perempuan. 

3. Gender stereotype

Stereotipe gender adalah teori dimana karakteristik dan sifat suatu kelompok disamaratakan. Stereotip gender laki-laki seperti tegas, kuat, dan tidak emosional. Sementara perempuan memiliki stereotip seperti emosional, sensitif, dan lemah lembut.

3. Perilaku Seksual Manusia

A. Respons seksual

Penelitian William Masters dan Virginia Johnson (1966) mengidentifikasi adanya empat tahapan siklus respon seksual, yaitu:

1. Excitement (Kegembiraan)

Fase pertama dalam siklus respon seksual ini membuat denyut nadi dan tekanan darah meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, muncul kemerahan di kulit terutama di dada dan payudara. Pada wanita akan mengalami pembengkakan pada klitoris dan terbukanya bibir vagina yang bagian dalamnya akan melembab mempersiapkan untuk aktivitas seksual. Sementara pada pria akan mengalami ereksi pada penis, pengencangan kulit skrotum, dan tertariknya testis. Fase ini bisa bertahan mulai dari satu menit hingga beberapa jam. 

2. Plateau (Masa stabil)

Tidak seperti fase pertama yang bisa bertahan hingga beberapa jam, fase kedua hanya berlangsung beberapa menit. Wanita pada fase ini akan mengalami peningkatan jumlah darah pada bagian vagina yang membuatnya terlihat memerah dan membengkak. Sementara pada pria terjadi ereksi yang lebih dibandingkan fase sebelumnya. 

3. Orgasm (Orgasme)

Fase ketiga adalah fase tersingkat dari serangkaian siklus respon seksual manusia. Tahap ini melibatkan orgasme atau kontraksi otot. Pada wanita, otot dinding vagina akan mengalami kontraksi yang mungkin terjadi lebih dari satu kali. Wanita memakan waktu lebih lama dan membutuhkan lebih banyak rangsangan jika dibandingkan dengan pria.

4. Resolution (Pengembalian)

Fase ini merupahan tahap terakhir dalam rangkaian siklus respon seksual manusia. Dalam fase ini terjadi pengembalian kondisi tubuh sebelum muncul gairah seksual, seperti detak jantung, pernapasan, hingga tekanan darah yang kembali normal. Pada wanita, klitoris dan warna bibir vagina akan kembali normal. Sementara pada pria, testis akan turun, kantung skrotum menipis kembali, dan ereksi akan hilang. Selain itu, pria memiliki periode refraktori di mana mereka tidak dapat mencapai orgasme lagi, yang berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam untuk individu yang berbeda.

B. Berbagai Jenis Perilaku Seksual

Pada tahun 1948, Alfred Kinsey menerbitkan laporan kontroversial tentang hasil survei besar-besaran tentang perilaku seksual yang dikumpulkan dari tahun 1938 ke depan. Temuannya mengenai frekuensi perilaku seperti masturbasi, seks anal, dan seks pranikah mengguncang banyak orang, yang tampaknya tidak siap untuk percaya bahwa begitu banyak orang telah mencoba perilaku seksual alternatif.

Hasil dari Survei Nasional Kesehatan dan Perilaku Seksual (NSSHB) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa hubungan seksual melalui vagina adalah yang paling umum selama masa reproduksi suatu individu. Namun, berbagai perilaku seksual non-reproduksi lainnya juga terjadi. Seperti penggunaan kondom paling tinggi selama masa remaja dan menurun secara signifikan pada masa dewasa awal.

C. Orientasi Seksual

Istilah orientasi seksual mengacu pada ketertarikan dan kasih sayang seksual seseorang terhadap lawan jenis atau sesama jenis.

Orientasi seksual yang paling umum adalah heteroseksual, di mana orang tertarik secara seksual pada lawan jenis, seperti pria tertarik pada wanita atau sebaliknya. (Kata Yunani hetero berarti "lain", jadi heteroseksual berarti "seksual lain" atau ketertarikan pada jenis kelamin lain). Heteroseksualitas adalah bentuk perilaku seksual yang dapat diterima secara sosial di semua budaya.

Ada juga orang yang tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai heteroseksual, homoseksual, atau biseksual, tetapi menganggap diri mereka aseksual. Aseksualitas adalah kurangnya ketertarikan seksual terhadap seseorang, atau kurangnya minat terhadap aktivitas seksual.

4. Kesehatan Seksual

Beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh kontak seksual tanpa pelindung:

a. Chlamydia

Disebabkan infeksi bakteri yang menyebar di dalam sel tubuh. Gejalanya ialah keluarnya cairan,yang menyebabkan rasa panas saat buang air kecil, wanita mungkin tidak mengalami gejala tersebut.

b. Syphilis

Disebabkan infeksi bakteri. Gejalanya ialah luka yang muncul pada daerah kelamin dan dapat menyebar kebagian tubuh lain dan otak.

c. AIDS

Disebabkan Human immunodeficiency virus (HIV).Gejalanya ialah kerusakan parah sistem kekebalan tubuh.




Comments

Popular posts from this blog

Pengantar Proses dan Fungsi Mental (Sensasi, Persepsi, Motivasi, Emosi)

Sensasi dan Persepsi

Pengantar Psikologi Umum 1