Psikologi Sosial
1. Social Influence
psikologi sosial mempelajari tentang bagaimana tingkah laku seorang individu dalam lingkungan sosialnya. Oleh karna itu kajian utama dari psikologi sosial adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial adalah usaha untuk merubah pemikiran, persepsi, dan keyakinan individu.
Contoh: saat seseorang mulai menempuh jenjang pendidikan kuliah, maka ia akan mencoba untuk merubah pola pikir, dan tingkah lakunya sesuai dengan anak kuliahan (mahasiswa).
Perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai hasil dari pengaruh sosial dinamakan dengan penerimaan (acceptance). Bentuk-bentuk acceptance antara lain, identifikasi dan internalisasi.
Internalisasi adalah ketika kita bergabung ke dalam suatu kelompok sosial dan menerima semua ketentuan yang ada dalam kelompok tersebut bukan karena merasa anggota kelompok tersebut sama dengan kita.
Contoh: saat kita memihak pada k-pop, kita akan mengikuti aturan-aturan yang ada, padahal kita tidak terlalu mengetahui dan mengenal kelompok tersebut.
Ketika kita dapat melakukan perubahan terhadap perilaku dan sikap seseorang secara utuh, maka tindakan tersebut dinamakan compliance. Adapun bentuk-bentuk compliance, antara lain konformitas dan kepatuhan.
Konformitas adalah perubahan sikap seseorang yang disebabkan karena pengaruh lingkungan sekitar.
Contoh: saat kita mengikuti sebuah organisasi, kita akan merubah sikap menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab.
Kepatuhan adalah pengaruh yang dilakukan individu terhadap individu lainnya dengan cara memberi permintaan secara langsung atau perintah.
Contoh: atasan yang memberi perintah kepada bawahannya.
2. Social Cognition
Kognisi sosial adalah perkembangan jangka panjang dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Kognisi sosial juga memiliki fokus terhadap bagaimana cara pemikiran seseorang dapat memepengaruhi orang tersebut.
Teori Kognitif Sosial (SCT) dikembangkan oleh Albert Bandura pada tahun 1960-an sebagai Teori Pembelajaran Sosial (SLT). Ini berkembang menjadi SCT pada tahun 1986 dan berpendapat bahwa belajar terjadi dalam konteks sosial di mana orang, lingkungan dan perilaku yang dinamis dan interaksi timbal balik. SCT memperhitungkan cara unik di mana individu
memperoleh dan mempertahankan pola perilaku, sementara juga mempertimbangkan lingkungan sosial tempat individu berperilaku. Teori memperhitungkan pengalaman seseorang sebelumnya yang mempengaruhi apakah tindakan perilaku terjadi. Pengalaman masa lalu ini memengaruhi penguatan, ekspektasi, dan antisipasi, yang semuanya menentukan apakah dan mengapa seseorang terlibat dalam perilaku tertentu.
A. Attitude
Tiga komponen attitude:
1. Komponen kognitif: Pikiran dan keyakinan tentang suatu masalah.
2. Komponen afektif: pemikiran tentang objek, orang, masalah, atau peristiwa.
3. Komponen behavior: Bagaimana sikap akan mempengaruhi perilaku.
Attitude juga memiliki formasi, antara lain:
1. Hubungan secara langsung yang dimana sikap berasal dari kontak langsung. Orang, ide, situasi atau objek yang dirujuk oleh sikap.
Contoh: ketika seseorang tidak menyukai pelajaran hitung-hitungan, ia akan cenderung mengembangkan sikap negatif.
2. instruksi langsung, sikap seseorang juga mudah terbentuk karena adanya instruksi langsung yang diterima, mau itu dari orang tua maupun orang lain.
Contoh: ketika orang tua melarang kita untuk mendekati pergaulan bebas.
B. Art of persuasion
Karena sikap dipelajari, sikap juga dapat berubah melalui pembelajaran baru. Dunia ini penuh dengan orang, perusahaan, dan organisasi lain yang ingin mengubah sikap orang. Ini semua tentang seni persuasi, proses di mana seseorang mencoba mengubah keyakinan, pendapat, posisi atau tindakan orang lain melalui argumen, pembelaan, atau penjelasan.
C. Cognitive Dissonance: When Attitudes and Behavior Class
Ketika orang dewasa melakukan atau mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang mereka anggap cerdas, baik hati, atau bermoral, mereka mengalami ketidaknyamanan emosional (dan gairah fisiologis) yang dikenal sebagai disonansi kognitif. Ketika orang mengalami disonansi kognitif, ketegangan dan gairah yang dihasilkan tidak nyaman, dan mereka termotivasi untuk melakukan perubahan untuk mengurangi atau menghilangkan perasaan dan ketegangan yang tidak nyaman.
Ada tiga hal dasar yang dapat dilakukan orang untuk mengurangi disonansi kognitif:
1. Mengubah perilaku konflik mereka sesuai dengan sikap mereka.
2. Mengubah persepsi mereka yang bertentangan untuk membenarkan perilaku mereka.
3. Bentuk-bentuk pengetahuan baru untuk membenarkan perilaku mereka.
D. Impression Formation
Ketika satu orang bertemu orang lain untuk pertama kalinya, kedua orang tersebut memiliki kesempatan pertama untuk membuat penilaian dan penilaian awal tentang orang lain. Pembentukan kesan melibatkan mengelompokkan orang lain ke serangkaian kategori dan membuat kesimpulan tentang apa yang mungkin dilakukan orang itu. Ini semua tentang prediksi. Dalam arti tertentu, observer mengalami proses pembentukan konsep saat pertama kali bertemu orang lain . Social Categorization ialah salah satu proses yang terjadi ketika orang mengenal seseorang adalah dengan menempatkan orang tersebut dalam kategori atau kelompok tertentu. Tugas-tugas ini biasanya didasarkan pada karakteristik umum dari pendatang baru, orang atau kelompok lain yang memiliki pengalaman sebelumnya dengan pengamat. Implicit Personality Theories Kategorit untuk seseorang menempatkan orang lain didasarkan pada teori kepribadian implisit. Teori kepribadian implisit adalah seperangkat asumsi yang dimiliki orang tentang bagaimana tipe orang yang berbeda, sifat kepribadian, dan fungsi terkait dan dibentuk di masa kanak-kanak.
E. Attribution
Pada dasarnya ada dua jenis penjelasan, yang melibatkan sebab-sebab eksternal dan yang mengasumsikan bahwa internal. Ketika diasumsikan bahwa penyebab perilaku berasal dari sumber eksternal seperti cuaca, lalu lintas, peluang pendidikan, dll, Ini disebut penyebab situasional. Perilaku yang diamati diasumsikan disebabkan oleh situasi di mana orang tersebut berada pada saat itu. Sebaliknya, jika diasumsikan bahwa sebab-sebab perilaku berasal dari individu, kita berbicara tentang sebab-sebab disposisional. Dalam hal ini, penyebab perilaku yang diamati terlihat pada ciri-ciri kepribadian internal seseorang.
Contoh:: seseorang yang menyalahkan perilaku John karena alasan disposisi mungkin berasumsi bahwa John terlambat karena kepribadiannya terkadang termasuk ketidakpedulian pada dirinya sendiri dan orang lain.
Bias atribusi yang paling terkenal adalah kesalahan atribusi mendasar, yang mengacu pada kecenderungan pengamat untuk melebih-lebihkan pengaruh karakteristik internal seseorang terhadap perilaku dan meremehkan pengaruh situasi. Dalam menjelaskan perilaku kita sendiri, kecenderungan untuk menggunakan atribusi situasional daripada pribadi disebut bias aktor-pengamat karena kita, bukan pengamat. Dengan kata lain, orang cenderung menjelaskan tindakan orang lain dalam kaitannya dengan "orang" seperti apa mereka, daripada mencari penyebab eksternal.
3. Social Interaction
Ada beberapa bentuk interaksi sosial di dalam sebuah masyarakat diantaranya;
a. Hubungan diantara manusia dengan manusia lainnya
Hubungan ini dapat terjadi apabila antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya memiliki tujuan atau maksud yang sama. Sehingga adanya kegiatan saling mempengaruhi dan bergantung antara individu yang satu dengan yang lainnya.
b. Hubungan diantara individu dengan kelompok
Hubungan ini adalah sebuah interaksi sosial dalam pengaruh kelompok psikologi sosial yang dapat beroperasi dengan beberapa kumpulan yang dapat membentuk suatu kelompok lainnya.
c. Hubungan diantara kelompok dengan kelompok
Hubungan yang satu ini bisa terjadi akibat adanya beberapa individu yang memiliki tujuan yang sama sehingga membentuk suatu kelompok atas visi yang sama yang kemudian kelompok kelompok tersebut saling berinteraksi. Dimana dalam hal ini terjadi kegiatan bersama di dalam sebuah kehidupan.
d. Hubungan diantara individu dengan budaya
Setiap inidividu pasti memiliki hubungan interaksi sosial. Interaksi sosial didalam sebuah media, baik elektronik maupun nonelektronik dapat memperkenalkan individu kepada budaya lain atau budaya baru. Sehingga terjalinlah suatu komunikasi yang tepat dan pertukaran budaya. Di sisi lain cara ini juga bisa membantu kita untuk lebih memiliki proses timbal balik dari orang orang
yang ada di sekitar.
5. Adanya kontak sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara dua pihak yang saling berinteraksi dan
merupakan awal dari interaksi sosial. Kontak sosial ini bisa berupa kontak fisik atau
kontak secara langsung dan kontak tidak langsung.
6. Terdapat komunikasi yang baik
Dalam membangun interaksi dengan individu lain kita perlu memikirkan perilaku hubungan kita dengan orang lain. Adanya reaksi dalam psikologi komunikasi inilah yang bisa menimbulkan sebuah komunikasi diantara individu.
A. Ciri-ciri interaksi sosial
1. Terdapat suatu dimensi waktu
2. Adanya komunikasi diantara perilaku
3. Pelaku lebih dari satu orang
4. Terjadi tujuan yang mungkin sama ataupun bisa juga tidak sama diantara pelakunya.
B. Faktor- faktor interaksi sosial
1. Adanya faktor imitasi
Imitasi yaitu dorongan untuk meniru orang lain. Proses imitasi bisa bersifat positif ataupun negatif. Positif apabila mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah baik dalam masyarakat, sementara negative apabila meniru tindakan yang menyimpang dari kaidah dan nilai masyarakat.
2. Faktor sugesti
Secara psikologis, sugesti diartikan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik. Faktor ini, seperti halnya dengan imitasi, mempunyai peranan penting dalam kelangsungan interaksi sosial.
Sugesti sebagai proses pengoperan atau penerimaan gejala masyarakat yang dilakukan tanpa kritik atau penelitian yang cermat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti ;
a. Sugesti karena hambatan berfikir
b. Sugesti karena keadaan pikiran terbelah
c. Sugesti karena sifat otoriter pemimpin
d. Sugesti karena mayoritas
e. Sugesti karena will to believe
3. Faktor identifikasi
Identifikasi adalah suatu proses dorongan untuk menjadi sama dengan
orang lain. Dalam identifikasi, anak akan mengambil sikap-sikap atau norma norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat identifikasi. Sesuai dengan perkembangannya, identifikasi ini akan dilakukan kepada orang lain yang dianggap ideal sesuai dengan perkembangan usianya.
4. Faktor simpati
Simpati merupakan perasaan dimana seseorang merasa tertarik dengan pihak lain. Dorongan utama simpati adalah suatu keinginan memahami pihak lain dan bekerjasama dengan pihak lain tersebut.
4. Liking and Loving
A. Reciprocity of liking
Orang memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk menyukai orang yang mereka sukai, sebuah konsep sederhana namun kuat yang disebut timbal balik. Menyukai sesuatu sepertinya tidak membuat orang itu menyukai orang lain kecuali orang tersebut menderita harga diri rendah. Dalam hal ini, menyadari bahwa seseorang menyukai Anda meskipun Anda tidak menyukai diri sendiri membuat Anda mempertanyakan motifnya. Ketidakpercayaan ini dapat membuat Anda berperilaku tidak baik terhadap orang tersebut.
B. Interpersonal relations online
para peneliti menemukan bahwa remaja yang sudah memiliki hubungan sosial yang positif menggunakan situs web untuk memperkuat hubungan yang sama, bertentangan dengan pandangan stereotip bahwa orang yang tidak pantas secara sosial tertarik kepada mereka.
C. Love Is A Triangle—Robert Sternberg's Triangular Theory Of Love
Psikolog, Robert Sternberg, mengembangkan teori tentang apa yang dia temukan sebagai tiga komponen utama cinta dan berbagai jenis cinta yang dapat dihasilkan oleh kombinasi dari ketiga komponen ini.
THE THREE COMPONENTS OF LOVE
a. Intimacy, menurut pandangan Sternberg, mengacu pada rasa kedekatan orang lain atau perasaan memiliki hubungan emosional yang erat dengan orang lain. Dalam pengertian ini, kedekatan bukanlah fisik, tetapi psikologis. Teman memiliki hubungan intim karena mereka saling menceritakan hal-hal yang mungkin tidak diketahui kebanyakan orang, mereka merasakan emosi yang kuat. terhubung satu sama lain dan menikmati kebersamaan dengan orang lain.
b. Passion, adalah sisi fisik dari cinta. Gairah mengacu pada emosi dan seksualitas gairah untuk yang lain. Gairah bukan hanya tentang seks; bergandengan tangan tatapan penuh cinta dan pelukan bisa menjadi bentuk gairah.
c. Commitment, melibatkan keputusan yang dibuat seseorang tentang suatu hubungan. Keputusan jangka pendek bisa berupa: "Saya pikir saya sedang jatuh cinta". Keputusan jangka panjang adalah, "Saya ingin bersama orang ini selama sisa hidup saya.
THE LOVE TRIANGLES
Hubungan cinta antara dua orang dapat mengandung satu, dua atau ketiga komponen ini dalam berbagai kombinasi. Dua bentuk cinta yang lebih dikenal dan diteliti dari teori Sternberg adalah cinta romantis dan cinta pasangan. Ketika keintiman dan gairah digabungkan, hasilnya adalah cinta romantis yang lebih intim, terkadang disebut cinta penuh gairah oleh peneliti lain.
5. Agrresion and Prosocial Behavior
A. Perilaku Agresif
Perilaku agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental. Penyebab utama timbulnya perilaku agresif adalah rasa frustasi yang terjadi ketika seseorang tidak dapat mewujudkan keinginannya. Pada awalnya banyak ilmuan menganggap bahwa perilaku agresif adalah bagian dari naluri manusia. Namun beberpa teori akhirnya dapat menjelaskan pemicu timbulnya perilaku agresif tersebut.
Dari sisi perspektif biologi, perilaku agresif disebabkan oleh peningkatan hormon seks laki-laki yaitu hormon testoteron. Hal ini menjelaskan mengapa pelaku kekerasan cenderung laki-laki, karena mereka memiliki kadar hormon testosteron yang banyar dan hormon serotonin yang rendah.
Selain adanya faktor biologis, peran sosial juga dapat meningkatkan timbulnya perilaku agresif. Peran sosial adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang berada dalam posisi sosial tertentu.
Kekerasan yang diperlihatkan dalam media menjadi pemicu lain yang menimbulkan perilaku agresif contohnya video game yang menunjukan kekerasan dan perperangan.
B. Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah perilaku positif yang meningkatkan kondisi fisik ataupsikologis orang lain menjadi lebih baik dan dilakukan secara sukarela tanpamengharapkan imbalan apa pun dari orang lain. Salah satu contoh perilaku prososial adalah altruisme.
Peneliti menemukan bukti menggunakan pencitraan otak bahwa wilayah otak yang dikenal sebagai persimpangan temporoparietal (TPJ) lebih besar pada individu yang membuat keputusan altruistik, terutama di belahan kanan. Daerah ini juga lebih aktif ketika pengambilan keputusan yang lebih tinggi untuk membantu individu.
Terdapat lima point pengambilan keputusan yang dilalui setiap orang sebelum memutuskan untuk membantu orang lain. Pertama, seseorang akan memperhatikan situasi tersebut terlebih dahulu, apakah situasi tersebut darurat atau tidak. Contohnya saat mendengar suara keras atau teriakan minta tolong. Lalu mereka akan mendefenisikan keadaan darurat tersebut. Misalkan kecelakaan lalu lintas dimana pasti akan ada korban luka. Selanjutkan ia akan memutuskan untuk mengambil tanggung jawab bertindak atau tidak. Umumnya seseorang yang akan bertindak kala tidak ada kehadiran orang lain disekitarnya. Setelah itu, invidu tersebut akan memutuskan bantuan apa yang akan diberikan barulah ia akan bertindak membantu.
Comments
Post a Comment