Motivasi dan Emosi

1. Pengertian dan Elemen Motivasi

Berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak, motivasi dapat diartikan sebagai apa yang menggerakkan seseorang untuk melakukan dan mencapai apa yang diingin baik secara fisik maupusn psikologis.

Menurut Temaluru (2019), proses motivasi timbul karena adanya tiga elemen, yaitu kebutuhan, dorongan, dan insentif. Ketiga elemen itu saling berkaitan dan saling memengaruhi satu sama lain. 

a. Kebutuhan

Yaitu suatu hal yang tidak dimiliki, sehingga perlu dipenuhi. Dalam pengertian keseimbangan, kebutuhan tercipta apabila terjadi ketidakseimbangan yang bersifat fisiologis atau psikologis.

Contoh: adanya kebutuhan untuk mendapatkan ilmu, sehingga nantinya akan timbul dorongan untuk belajar. 

b. Dorongan

Yaitu keinginan seseorang untuk berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Dorongan tersebut berorientasi pada tindakan untuk mencapai tujuan. 

Contoh: adanya dorongan untuk presentasi sebagai moderator di depan umum agar dapat melatih public speaking. 

c. Insentif

Yaitu segala sesuatu yang akan memenuhi kebutuhan dan akan mengurangi dorongan. Jadi pencapaian suatu tujuan akan mengembalikan ketidakseimbangan menjadi keseimbangan yang bersifat fisiologis dan psikologis.

2. Jenis-Jenis Motivasi

a. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. 

Motivasi terdiri atas dua jenis yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Di dalam motivasi ektrinsik seseorang melakukan suatu tindakan karena mengarah pada suatu hasil yang terpisah dari orang tersebut.

Contoh: seorang anak yang berusaha untuk mendapat nilai tinggi di akademiknya agar mendapat hadiah dari orang tuanya. 

Motivasi intrinsik adalah jenis motivasi di mana seseorang melakukan suatu tindakan karena tindakan itu sendiri menyenangkan, bermanfaat, menantang, atau memuaskan dalam beberapa cara internal. Hasil dan tingkat usaha dapat bervariasi tergantung pada jenis motivasi.

Contoh: seseorang yang gemar melukis, dan mendapatkan kesenangannya sendiri saat melakukannya. Sehingga timbul doorngan dan motivasi untuk terus melukis. 

b. Motivasi Biologis

Motivasi biologis merupakan kebutuhan tubuh untuk kelangsungan hidup individu sebagai makhluk biologis. Hal ini didasari dari kondisi keseimbangan fisiologis tubuh, keseimbangan sangat penting bagi tubuh. Oleh sebab itu tubuh cendrung mempertahankan keseimbangan tersebut atau yang biasa disebut dengan homeostatis jenis-jenis motivasi biologis yaitu rasa lapar,haus,dan keinginan untuk seks.

Contoh: motivasi untuk makan karna adanya rasa lapar. 

c. Motivasi Sosial

Barkowitz (1969), motivasi sosial adalah motivasi yang mendasari tingkah individu dalam reaksinya terhadap orang lain. Heckhausen (1980), motivasi sosial adalah motivasi yang menunjukkan bahwa tujuan yang ingin dicapai mempunyai interaksi dengan orang lain. 

Pembagian motivasi sosial:

1) Need for achievement(nAch)

Kebutuhan akan prestasi merupakan salah satu motivasi sosial yang dipelajari secara mendetail. Orang yang mempunyai kebutuhan akan meningkatkan performance, sehingga dengan demikian akan terlihat kemampuan berprestasinya.

2) Need for affiliation (nAff)

Afiliasi menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan berhubungan dengan orang lain. Orang yang kuat akan kebutuhan afiliasi, akan selalu mecari teman dan mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan orang lain.

3) Need for power (nPow)

Dalam interaksi sosial orang akan mempunyai kebutuhan untuk berkuasa (power). Orang yang mempunyai power need tinggi akan mengadakan kontrol, mengendalikan atau memerintah orang lain, dan ini merupakan salah satu indikasi dan manifestasi dari power need tersebut. Dari beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi sosial adalah motivasi yang timbul untuk memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial.

3. Pendekatan dan Teori Untuk Memahami Motivasi

a. Pendekatan Naluri dan Evolusioner

Sama seperti hewan yang diatur oleh nalurinya untuk melakukan aktivitas seperti bermigrasi, membangun sarang, kawin, dan melindungi wilayahnya, ahli teori evolusi mengusulkan bahwa manusia juga dapat diatur oleh naluri serupa. William McDougall (1908) mengusulkan bahwa ada total 18 naluri bagi manusia, termasuk rasa ingin tahu, terbang (melarikan diri), garang (agresif), dan akuisisi (mengumpulkan harta).

Pendekatan naluri telah memudar karena, meskipun dapat menggambarkan perilaku manusia, mereka tidak dapat menjelaskannya. Tetapi pendekatan-pendekatan ini mencapai satu hal penting dengan memaksa para psikolog untuk menyadari bahwa beberapa perilaku manusia dikendalikan oleh faktor-faktor keturunan.

b. Teori Drive – Reduction

Pendekatan selanjutnya untuk memahami motivasi berfokus pada konsep kebutuhan dan dorongan. Persyaratan beberapa bahan (seperti makanan atau air) yang penting untuk kelangsungan hidup organisme. 

Ketika suatu organisme memiliki kebutuhan, hal itu menimbulkan ketegangan psikologis dan juga rangsangan fisik yang memotivasi organisme tersebut untuk bertindak guna memenuhi kebutuhan dan mengurangi ketegangan tersebut. 

Terdapat dua jenis dorongan dalam teori ini. Penguat primer memenuhi dorongan primer, dan penguat sekunder memuaskan dorongan yang diperoleh, atau sekunder homeostasis.

Contoh: saat kita lapar, kita akan mempunyai dorongan untuk memakan sesuatu. 

c. Teori Mcclelland: Kebutuhan Afilisasi, Kekuasaan, dan Prestasi

Menurut McClelland, manusia memiliki kebutuhan psikologis akan interaksi sosial yang ramah dan hubungan dengan orang lain. Disebut kebutuhan afiliasi, orang-orang yang memiliki kebutuhan tinggi berusaha untuk disukai oleh orang lain dan dihormati oleh orang-orang di sekitar mereka. 

Kebutuhan psikologis kedua yang dikemukakan oleh McClelland adalah kebutuhan akan kekuatan (nPow). Kekuasaan bukan tentang mencapai tujuan tetapi tentang memiliki kendali atas orang lain. Orang-orang yang memiliki kebutuhan ini ingin memiliki pengaruh atas orang lain dan memberi dampak pada mereka. Mereka ingin ide mereka menjadi yang digunakan, terlepas dari apakah ide mereka akan membawa kesuksesan.

Sedangkan seseorang yang berprestasi tinggi mungkin tidak membutuhkan banyak uang untuk memvalidasi pencapaiannya, seseorang yang sangat membutuhkan kekuasaan biasanya melihat uang (dan mobil, rumah, perhiasan, dan "mainan" lainnya) sebagai pencapaian yang memiliki mainan terbanyak menang. Itu kebutuhan untuk berprestasi (nAch) melibatkan keinginan yang kuat untuk berhasil dalam mencapai tujuan, tidak hanya yang realistis tetapi juga yang menantang. Orang-orang yang memiliki nAch tinggi mencari karir dan hobi yang memungkinkan orang lain menilai mereka, karena orang-orang yang berprestasi tinggi ini juga perlu mendapat umpan balik tentang kinerja mereka selain pencapaian pencapaian tujuan.

d. Teori Motivasi Dweck Carol Dweck: Kepribadian dan Nach

Menurut buku psikolog motivasi dan kepribadian Carol Dweck (Dweck, 1999; Nussbaum & Dweck, 2008), kebutuhan berprestasi berkaitan erat dengan faktor kepribadian, termasuk pandangan seseorang tentang bagaimana diri sendiri (keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuannya sendiri dan hubungannya dengan orang lain) dapat memengaruhi persepsi individu tentang kesuksesan atau tindakannya.

Penelitian Dweck (1999) menunjukkan bahwa siswa yang telah memiliki sejarah keberhasilan yang panjang mungkin paling berisiko mengembangkan ketidakberdayaan yang dipelajari setelah kegagalan besar, karena keberhasilan mereka sebelumnya telah membuat mereka percaya pada kecerdasan tetap mereka sendiri. Tipe orang yang lain percaya bahwa kecerdasan dapat diubah dan dapat dibentuk oleh pengalaman dan usaha dalam peningkatan atau peningkatan kecil. 

e. Pendekatan Arousal 

Penjelasan lain untuk motivasi manusia melibatkan pengakuan akan hal lain lagi jenis kebutuhan, kebutuhan akan rangsangan. Motif stimulus adalah motif yang tampak dipelajari tetapi menyebabkan peningkatan rangsangan. 

Contoh: rasa ingin tahu, bermain, dan eksplorasi. 

Di sisi lain, terkadang motif kita melakukan sesuatu melibatkan imbalan atau insentif yang kita dapatkan saat kita bertindak.

Contoh: seperti makan bahkan saat kita makan tidak lapar hanya karena rasanya begitu enak. 

Arousal theory Dalam teori arousal, orang dikatakan memiliki yang optimal (terbaik atau ideal) tingkat ketegangan. Kinerja tugas, misalnya, mungkin menderita jika levelnya gairah terlalu tinggi (seperti kecemasan tes yang parah) atau bahkan jika tingkat gairah terlalu rendah (seperti kebosanan). Untuk banyak jenis tugas, tingkat gairah sedang tampaknya menjadi yang terbaik.

f. Pendekatan Gairah dan Insentif

1. Teori Gairah 

Gairah mengacu pada aktivasi tubuh dan sistem saraf. Gairah (arousal) merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas fisiologis dan psikologis di dalam diri seseorang. Gairah juga merupakan aktivasi fisiologi dan psikologi secara menyeluruh pada organisme, yang memiliki tingkatan yang berbeda-beda dan berlangsung secara terus menerus dari tidur lelap hingga kegembiraan/semangat yang kuat.

Contoh: di dalam kehidupan seperti kasus pertandingan sepak bola. Dalam pertandingan terdapat dua tim sepak bola yang memiliki tujuan memperebutkan tropi kejuaraan dunia. Pada kondisi ini, para pemain sepakbola sedang dalam suasana ketegangan yang tinggi sehingga membuat mereka dalam kondisi yang sangat bergairah. Begitupun pada saat kelas melakukan presentasi, salah satu mahasiswa terlihat tidak bergairah karena presentasi yang dibawakan temannya tidak menarik, maka mahasiswa tersebut berada dalam kondisi gairah yang rendah.

2. Teori Insentif

Insentif adalah hal-hal yang menarik atau memikat seseorang untuk bertindak. Perilaku insentif ini akan dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Dalam teori ini mengatakan bahwa seseorang akan mengambil tindakan karena terdapat insentif yang akan diperoleh. 

Contoh: terdapat di dalam sebuah perusahaan. Apabila karyawan diberikan penghargaan/imbalan yang berhubungan dengan uang, maka karyawan akan bersemangat dalam bekerja. Hal ini dikarenakan uang diakui sebagai sumber utama yang bisa memuaskan banyak kebutuhan dan juga berguna untuk memenuhi kebutuhan sosial.

g. Pendekatan Humanistik

1. Hierarki Kebutuhan Maslow

Teori Humanistik yang pertama didasarkan pada karya Abraham Maslow, yaitu Hirarki Kebutuhan Maslow. Maslow mengemukakan bahwa terdapat beberapa tingkatan kebutuhan yang harus diupayakan seseorang untuk dipenuhi sebelum mencapai tingkat pemenuhan kepribadian tertinggi.

2. Self Determination Theory (SDT)

Teori motivasi yang juga menggunakan pendekatan humanistik adalah self determination theory atau teori penentuan nasib diri sendiri (Richard Ryan & Edward Deci, 2000). Menurut teori ini, terdapat tiga kebutuhan bawaan dan universal yang membantu orang mendapatkan rasa diri yang utuh dan hubungan yang utuh serta sehat dengan orang lain, yaitu :

Otonomi: kebutuhan untuk mengendalikan perilaku dan tujuan sendiri.

Kompetensi: kebutuhan untuk dapat menguasai tugas-tugas yang menantang dalam hidup seseorang.

Keterkaitan: kebutuhan untuk rasa memiliki, keintiman, dan keamanan dalam hubungan dengan orang lain.

4. Pengertian Emosi

Kata emosi secara berasal dari bahasa latin yaitu ‘movere’ lalu ditambah awalan ‘e-‘ menjadi ‘emovere’ artinya bergerak menjauh (Hude, 2006). Menurut Sukmadinata (2003:80) menjelaskan emosi sebagai gabungan dari beberapa perasaan yang mendominasi dan menyebabkan timbul perasaan dalam diri seperti marah, Bahagia, sedih, dan sebagainya. 

Sedangkan menurut Ndari dkk. (2018), emosi adalah perasaan batin yang muncul diakibatkan oleh suatu stimulus seperti gangguan pikiran, keadaan mental, nafsu, dan lain-lain, lalu menimbulkan gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, cemburu, dan sebagainya. Coon dan Mitterer (2007) menyatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh gairah fisiologis, perubahan ekspresi wajah, gerak tubuh, postur, dan perasaan subjektif. Emosi terkait dengan banyak perilaku adaptif dasar seperti melarikan diri, mencari kenyamanan, membantu oranglain, dan sebagainya. 

5. Elemen Emosi

a. Fisiologi Emosi

Para peneliti menemukan bahwa emosi yang berbeda, dapat menghasilkan reaksi fisiologis yang berbeda pula. Bagian otak yang terlibat dalam terciptanya emosi adalah amigdala, selain itu bagian otak yang terlibat dalam pemerosesan informasi emosional adalalah area subkortikal dan kortikal lain. Penelitian menemukan bahwa emosi bekerja secara berbeda tergantung sisi otak yang terlibat, emosi positif berhubungan dengan lobus frontal kiri sedangkan emosi negatif seperti perasaan sedih, cemas dan depresi berhubungan dengan lobus frontal kanan.

b. Perilaku emosi: ekspresi emosional

Pada saat sesorang merasakan emosi maka akan mempengaruhi ekspresi wajah, gerakan tubuh, maupun suatu tindakan yang dapat mempengaruhi orang lain mengenai perasaan nya. Ekspresi wajah dapat bervariasi tergantung budaya yang dianut, namun beberapa aspek ekspresi wajah bersifat universal. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ekman dan Friesen (1969) menemukan bahwa berbagai orang yang berasal dari berbagai budaya, secara universal dapat mengidentifikasi tujuh ekspresi wajah berupa marah, takut, bahagia, terkejut, sedih, jijik dan penghinaan. Emosi dan cara mengekspresikan wajah itu bersifat universal, tetapi apakah hal tersebut ditampilkan tergantung bagaimana budaya yang dipelajari itu menampilkan emosi.

c. Pengalaman subjektif : melabeli emosi

Dengan adanya emosi, maka perlunya memberikan label pada perasaan subjektif yang dirasakan seperti marah, takut, jijik, sedih, bahagia, malu, tertarik dan lainnya. Cara lain untuk melabeli elemen ini adalah dengan menyebutnya elemen kognitif. Dikarenakan proses pelabelan emosi merupakan suatu cara bagaimana dapat mengingat kembali pengalaman serupa yang pernah dirasakan, memahami konteks dari emosi, dan menemukan solusi label. Label yang diterapkan oleh seseorang dipengaruhi oleh bahasa dan budaya yang dianut oleh orang tersebut. Label tersebut mungkin bisa berbeda dengan orang lain yang dipengaruhi oleh bahasa dan budaya yang berbeda pula.

6. Unsur Emosi

a. The Physiological pf Emotion (Fisiologi Emosi)

Seseorang mengalami emosi secara fisik akibat dari rangsangan yang diciptakan oleh sistem saraf simpatik. Berdasarkan reaksi fisiologisnya saja, emosi sulit untuk dibedakan satu sama lain. Namun para peneliti menemukan bahwa emosi yang berbeda dapat dikaitkan dengan reaksi fisiologis yang berbeda di laboratorium yang menggunakan perangkat untuk mengukur detak jantung, tekanan darah, dan suhu kulit.seperti peningkatan detak jantung yang lebih besar dibandingkan rasa jijik dikaitkan dengan kesedihan, kemarahan, dan ketakutan; peningkatan yang lebih tinggi pada konduktansi kulit terjadi selama rasa jijik dibandingkan dengan kebahagian dan kemarahan lebih sering dikaitkan dengan tindakan vascular, seperti darah diastolic yang lebih tinggi dibandingkan rasa takut takut.

b. The Behaviour of Emotion (Ekspresi Emosional)

Ada ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan tindakan yang menunjukkan kepada orang lain bagaian perasaan seseorang ketika seseorang berperilaku dalam cengkraman emosi. Cemberut, senyuman, dan ekspresi sedih digabungkan dengan gerakan tangan, membalikkan tubuh, dan kata-kata yang diucapkan untuk menghasilkan pemahaman tentang emosi. Orang berkelahi, lari, mencium, dan berteriak, bersama dengan tindakan lain yang tak terhitung jumlahnya yang berasal dari emosi yang mereka rasakan. Ekspresi wajah dapat bervariasi antar budaya yang berbeda, meskipun beberapa aspek dari ex wajah universal.

c. Subjective Experience:Labeling Emotion (Pengalaman subjektif: emosi label)

Unsur emosi yang menafsirkan perasaan subyektif dengan meberinya label marah, takut, jijik, bahagia, sedih, dengan menyebutnya “elemen kognitif”, karena proses pelabelan adalah masalah mengingat kembali pengalaman serupa sebelumnya, memahami konteks emosi, dan menghasilkan solusi- sebuah label. Label yang diterapkan seseorang pada perasaan subjektif setidaknya sebagian merupakan respons yang dipelajari yang dipengaruhi oleh bahasa dan budaya mereka. Label semacam itu mungkin berbeda pada orangorang dari latar belakang budaya yang berbeda.

7. Teori Emosi

a. Teori Masuk Akal

Pada awal psikologi, diasumsikan bahwa merasakan emosi tertentu berawal mengarah pada reaksi fisik dan setelah itu perilaku. Perikalu ini disebut dengan common sense theory of emotion (teori emosi yang masuk akal).

Contoh: ketika melihat seekor anjing menggeram di jalan seseorang menyebabkan perasaan takut, yang merangsang tubuh untuk bangkit, diikuti dengan perilaku berlari; yaitu orang terangsang karena mereka takut. Dalam teori emosi akal sehat, stimulus (anjing yang menggeram) mengarah pada emosi ketakutan, yang kemudian mengarah pada gairah tubuh (dalam hal ini, ditunjukkan dengan gemetar) melalui sistem saraf otonom (ANS). Cannon-Bard Theory Of Emotion.

b. Teori Emosi James-Lange

William James yang juga merupakan salah satu tokoh pendiri perspektif fungsionalis dalam sejarah awal psikologi menyatakan tidak setuju dengan teori emosi akal sehat. Dia percaya bahwa urutan komponen emosi menurutnya sangat berbeda dengan teori akal sehat. Pada waktu yang bersamaan, Carl Lange (1885) yang merupakan seorang ahli fisiologi dan psikolog di Denmark juga mengemukakan pendapat yang sama mengenai emosi. Pendapatnya sangat mirip dengan pendapat James sehingga nama dari teori emosi ini diambil dari nama dua tokoh tersebut, yaitu Teori James-Lange. Menurut James-Lange, peristiwa yang merangsang memicu reaksi fisik yang kemudian diberi label dengan emosi yang sesuai. Bisa dikatakan bahwa, stimulus eksternak mengarah pada respons fisiologis.

Contoh: ketika seseorang mendengar gonggongan anjing yang keras, maka reaksi fisik yang muncul adalah detak jantung berdebar, tubuh gemetar, berkeringat, serta melarikan diri. Sedangkan emosi yang akan muncul adalah perasaan takut.

c. Teori emosi Cannon-Bard

Fisiolog Walter Cannon (1927) dan Philip Bard (1934) berteori bahwa emosi dan gairah fisiologis terjadi kurang lebih pada waktu yang bersamaan. Cannon, seorang ahli dalam mekanisme gairah simpatik, tidak merasa bahwa perubahan fisik yang disebabkan oleh berbagai emosi cukup berbeda untuk memungkinkannya dianggap sebagai emosi yang berbeda. Bard memperluas gagasan ini dengan menyatakan bahwa informasi sensorik yang masuk ke otak dikirim secara bersamaan (oleh talamus) ke korteks dan organ sistem saraf simpatis. Oleh karena itu, rasa takut dan reaksi-reaksi tubuh dialami pada saat yang sama tidak satu demi satu. Teori ini dikenal dengan Teori emosi Cannon-Bard

d. Teori Schachter-Singer dan Gairah Kognitif

Cognitive arousal theory (twofactor theory), Schachter dan Singer (1962) mengusulkan bahwa dua hal harus terjadi sebelum emosi muncul: gairah fisik dan pelabelan gairah berdasarkan isyarat dari lingkungan sekitar. Kedua hal ini terjadi pada saat yang sama, menghasilkan pelabelan emosi. Teori gairah kognitif Schachter dan Singer mirip dengan teori James-Lange tetapi menambahkan unsur pelabelan kognitif dari gairah tersebut. Dalam teori ini, stimulus mengarah pada gairah tubuh dan pelabelan dari gairah itu (berdasarkan konteks sekitarnya), yang mengarah pada pengalaman dan pelabelan reaksi emosional.

Contoh: jika seseorang bertemu dengan anjing yang menggeram saat berjalan-jalan, gairah fisik (jantung berdebar kencang, mata terbuka lebar) disertai dengan pemikiran (kognisi) bahwa ini pasti ketakutan. Baru pada saat itulah orang tersebut akan mengalami emosi ketakutan.

e. Teori Tentang Mediasi-Kognitif

Studi Schachter dan Singer (1962) menekankan pentingnya kognisi, atau pemikiran, dalam penentuan emosi. Salah satu versi teori emosi kognitif yang lebih modern adalah teori Lazarusteori mediasi kognitifemosi (1991). Dalam teori ini, aspek terpenting dari setiap pengalaman emosional adalah bagaimana orang menafsirkan, atau menilai, stimulus yang menyebabkan reaksi emosional. Kemenengahiberarti "berada di antara," dan dalam teori ini, penilaian kognitif menengahi dengan berada di antara stimulus dan respons emosional terhadap stimulus itu.

Contoh: ingat orang yang bertemu dengan anjing yang menggeram saat berjalanjalan di lingkungan sekitar? Menurut Lazarus, penilaian terhadap situasi akan muncul sebelum gairah fisik dan pengalaman emosi. Jika anjing berada di belakang pagar yang kokoh, penilaiannya akan menjadi seperti "tidak ada ancaman".



Comments

Popular posts from this blog

Pengantar Proses dan Fungsi Mental (Sensasi, Persepsi, Motivasi, Emosi)

Sensasi dan Persepsi

Pengantar Psikologi Umum 1