Empirisme, Sensasionalisme, dan Positivisme

 Assalamualaikum semuanyaaa…

Kembali lagi bersama aku, Elzira Ho yang akan membahas seputar psikologi. Kali ini aku akan menjelaskan tentang Empirisme, Sensasionalisme, dan Positivisme. Selamat membaca…

1.      Aliran Empirisme

Empirisme berasal dari kata Empire yang artinya pengalaman. Empirisme adalah aliran filsafat yang menekankan pentingnya pengalaman dalam memperoleh pengetahuan. Nama lain dari aliran ini adalah “The School of British Empiricism.” Aliran Empirisme mengatakan bahwa semua ilmu pengetahuan berasal dari pengalaman sensasi indrawi maupun spiritual, imajinasi, dan mimpi.

Tokoh-tokoh aliran empirisme:

a.      Thomas Hobbes

Thomas Hobbes (1588-1704) sering dianggap sebagai pendiri empirisme di Inggris. Hobbes belajar di Oxford dan berteman dengan Galileo dan Descartes. Dia juga menjabat sebagai sekretaris Bacon untuk rentang waktu singkat. Hobbes tidak serius tentang filsafat sampai dia berusia 40 tahun. Mengenai empirisme, Thomas Hobbes berpendapat bahwa awal dari semua pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi.

b.     John Locke

John Locke (1632-1704) lahir pada 29 Agustus di Wrington, Somerset, Inggris. Karyanya yang paling terkenal dan paling penting untuk psikologi adalah An Essay on Human Understanding (1690). Locke mengerjakan esai selama lebih dari 17 tahun dan akhirnya diterbitkan ketika Locke hampir berusia 60 tahun. Locke menjadi salah satu filsuf politik paling berpengaruh di Eropa pasca-Renaisans. Locke mempengaruhi sebagian besar empiris Inggris. Bagian dari esai Locke berisi keberatan terhadap filsafat Descartes. Locke tidak menyerang dualisme Descartes tetapi konsepsinya tentang ide-ide bawaan. Menurut Locke, manusia tidak dilahirkan dengan ide-ide bawaan, baik etis, teologis, logis atau matematis. Jika apabila kita bertanya dari mana semua ide, pengetahuan, dan hal-hal tentang akal manusia berasal? Jadi salah satu dari jawaban Locke adalah bahwa semua ide dan pengetahuan manusia berasal dari pengalaman. Menurut Locke pengalaman didapat dari indrawi tapi informasi yang didapat bisa dikonstruksi ulang dari pengalaman sebelumnya.

c.       George Berkeley

George Berkeley (1685–1753) lahir pada 12 Maret di Kilkenny, Irlandia. Berkeley mengatakan bahwa dia sangat tidak setuju dengan pandangan Locke bahwa semua ide berasal dari interaksi dengan dunia eksperimental. Berkeley mengatakan bahwa segala sesuatu ada seperti yang dirasakan. Oleh karena itu, realitas mencakup persepsi kita dan tidak lebih. Menurut Berkeley, setiap metode indrawi memberikan jenis informasi atau ide yang berbeda dan berbeda tentang suatu objek. Jadi kesimpulan Berkeley adalah bahwa segala sesuatu muncul seperti yang kita rasakan.

d.      David Hume

David Hume Lahir pada 26 April di Edinburgh, Skotlandia (1711–1776). Hume disebut sebagai pahlawan skeptisisme dan empirisme. Bagi Hume, istilah pengalaman berarti pengalaman perseptual. Tujuan Hume adalah untuk menggabungkan filsafat empiris pendahulunya dengan prinsip-prinsip ilmu Newtonian dan, dalam prosesnya, menciptakan ilmu tentang sifat manusia. Seperti empiris sebelumnya, Hume percaya bahwa isi pemikiran hanya datang dari pengalaman. Seperti pendahulunya, ia percaya bahwa pengalaman (persepsi) dapat dirangsang oleh peristiwa internal atau eksternal. Hume juga setuju dengan komentar Berkeley. Menurut Hume pengalaman itu berfokus pada persepsi. 

e.      David Hartley

David Hartley (1705-1757) berhasil membangun teori neurofisiologis transmisi ide, menggambarkan aktivitas fisik dalam hal asosiasi. Hartley berpendapat bahwa kesan sensorik ini menghasilkan getaran di saraf, yang berjalan ke otak dan menyebabkan getaran yang mirip dengan "medullary substance" di otak. Hartley percaya bahwa semua komunikasi ide-ide kompleks terbentuk secara otomatis melalui proses asosiasi. Menurut Hartley, betapapun kompleksnya, setiap ide harus terdiri dari perasaan. Asosiasi adalah proses unik yang dapat mengubah ide sederhana menjadi ide kompleks. Menurut Hartley pengalaman yang baru berkaitan dengan pengalaman sebelumya. 

f.        James Mill

James Mill (1773–1836) selama karirnya, analisisnya pernah dianggap sebagai ringkasan paling komprehensif dari asosiasi. Analisis Mill tentang teori asosiasi dipengaruhi oleh Hume dan Hartley. Mengikuti Hartley, Mill menyatakan bahwa ide kompleks terdiri dari ide sederhana. Namun, ketika ide-ide berulang kali dialami bersama, hubungan di antara mereka menjadi begitu kuat sehingga mereka muncul dalam kesadaran sebagai satu ide. Mill percaya bahwa dua faktor yang menyebabkan perbedaan kekuatan asosiasi adalah kejelasan dan frekuensi. Artinya, sensasi atau ide yang lebih jelas membentuk asosiasi yang lebih kuat daripada yang kurang jelas, dan sensasi dan ide yang lebih sering cocok membentuk asosiasi yang lebih kuat daripada yang jarang.

g.      John Stuart Mill

John Stuart Mill (1806–1873) Menurutnya, ide kompleks selalu merupakan kumpulan ide sederhana, ia mengusulkan kimia mental. Artinya, ide-ide dasar dapat digabungkan dan menciptakan ide-ide yang berbeda dari unsur-unsur yang membentuknya. berfikir kompleks dan sederhana memiliki hasil pemikiran yang berbeda. Menurut Mill, ide-ide yang sama sekali baru, yang tidak dapat direduksi menjadi sekadar ide atau sensasi, dapat muncul dari pengalaman yang berdekatan, membebaskan psikologi asosiatif dari batas-batas kaku mekanika mental. J.S. Mill memulai analisisnya dengan memusatkan perhatian pada keyakinan umum bahwa pikiran, perasaan, dan tindakan manusia tidak tunduk pada penyelidikan ilmiah.

h.      Alexander Bain

Alexander Bain (1818–1903) mengeksplorasi hubungan antara proses fisiologis dan psikologis untuk menjadi bagian integral dari psikologi. Bain adalah orang pertama yang mencoba menghubungkan proses fisiologis aktual dengan fenomena psikologis. Bagi Bain, pikiran memiliki tiga komponen, yaitu perasaan, kehendak, dan kecerdasan. Seperti eksperimentalis Inggris lainnya, Bain menekankan Hukum Asimetri sebagai prinsip dasar asosiasi. Dalam upaya untuk menggabungkan apa yang diketahui tentang fisiologi dengan teori asosiasi dan pengobatan perilaku sukarela, Bain membawa psikologi ke titik menjadi ilmu eksperimental.

2.     Aliran Sensasionalisme

Sensasionalisme adalah cara baru untuk menyampaikan berita atau menggunakan informasi, dengan maksud yang tepat untuk menimbulkan sensasi atau kesan pada publik penerima. Yang disebut sebagai sensasionalisme adalah para filsuf Perancis. Karena sebagian dari mereka menekankan pentingnya sebuah sensasi dalam menjelaskan pengalaman. Hal Ini jugalah yang membedakan antara filsufInggris dengan Filsuf Perancis. Aliran sensasionalisme mengatakan bahwa semua ilmu pengetahuan didapat dari pengalaman nyata, sehingga spirit, imajinasi, dan mimpi bukan termasuk pengalaman.

a.     Pierre Gassendi

Pierre Gassendi (b. 1592, d. 1655) adalah seorang filsuf Perancis, penulis sejarah ilmiah, pengamat, dan pencoba, sarjana teks-teks kuno dan perdebatan, serta peserta aktif dalam pembahasan kontemporer paruh pertama abad ketujuh belas. Gassendi mencoba menjadi filsuf dan menentang rasionalisme konsep Cartesia yaitu genesis empiris. Dalam pandangannya Gassendi membedakan beberapa contoh yang muncul bukan merupakan dari paksaan buta. Sama seperti teori Charles Darwin bahwa hewan harus belajar untuk mengenal rasa takut pada manusia. Gassendi juga berpendapat bahwa hewan harus diberikan gambaran atau suatu standar sehingga hewan akan segera menilai apakah hal tersebut harus dihindari atau tidak. Menurut Gassendi manusia adalah materi yang dapat dipahami.

b.      Étienne Bonnot de Condillac

Étienne Bonnot de Condillac (1715-1780) lahir pada 30 September dalam keluarga bangsawan di Grenobles. The sentient statue. Untuk menegaskan maksudnya, Condillac meminta pembacanya untuk membayangkan sebuah patung marmer yang dapat merasakan, mengingat, dan merasakan tetapi hanya memiliki indera penciuman. Dengan perhatian muncul perasaan, karena memperhatikan bau yang menyenangkan menyebabkan kenikmatan dan memperhatikan bau yang tidak menyenangkan menyebabkan perasaan yang tidak menyenangkan. Menurut Condillac pengalaman berasal dari sensasi indrawi dan dapat dimaknai.

c.       Julien de La Mettrie

Julien de La Mettrie (1709-1751) merupakan seorang dokter dari Prancis, dan sekaligus menjadi seorang filusuf. La Mettrie bukan satu-satunya pemikir Prancis yang memertimbangkan hubungan antara makanan dengan psikologi. Pada tahun 1745, buku yang ditulis oleh La Mettrie, yaitu The Natural History of Soul mendapat kecaman keras dari para ulama Prancis yang membuatnya terpaksa diasingkan ke Belanda Dalam pandangannya La mettrie menyatakan bahwa "andalah apa yang anda makan". Daging mentah akan membuat hewan ganas dan akan menimbulkan efek yang sama pada manusia.

d.      Claude Adrien Helvetius

Claude Adrien Helvetius (1715-1771) lahir di Paris dan dididik oleh para Yesuit. Helvétius tidak bertentangan dengan jurusan mana pun prinsip empirisme Inggris atau sensasional Prancisisme, dia juga tidak menambahkan yang baru. Sebaliknya, dia mengeksplorasi secara mendalam implikasi dari pertikaian itu bahwa isi pikiran hanya berasal dari mantan pengalaman. Dengan kata lain, kendalikan pengalaman dan mengontrol isi pikiran. Helvetius menggabungkan Empirisme dan Sensasionalisme.

3.      Aliran Positivisme

Positivisme berasal dari kata positif Kata positif disini sama artinya dengan faktual, yaitu sesuatu yang berdasarkan fakta. Berdasarkan aliran positivisme, pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tidak pernah boleh melebihi fakta yang ada. Dengan demikian, maka ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Oleh karena itu, filsafat pun harus meneladani contoh tersebut dan positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Sementara itu, menanyakan hakikat benda-benda atau penyebab yang sebenarnya, termasuk juga filsafat, hanya realita. Telah ada upaya-upaya untuk membangun sebuah sistem yang menyatukan seluruh sains di bawah satu metodologi logis, matematis, dan eksperensial. Dengan kata lain, menurut aliran Positivisme, ilmu sains satu-satunya ilmu yang valid.

a.       Auguste Comte

Memiliki nama panjang Isidore Auguste Marie Francois Xavier Comte. Ia lahir di Montpellier, Perancis pada tanggal 19 Januari 1798 dari keluarga bangsawan katolik. Namun demikian, Auguste Comte tidak mengikuti kepercayaan keluarganya yaitu agama katolik sejak usia muda. Menurut Comte, ilmu itu adalah sensasi indrawi yang dapat dirasakan.

b.      Ernst Mach

Mach setuju bahwa kita tidak pernah bisa mengalami dunia fisik secara langsung. Kita hanya mengalami sensasi atau fenomena mental. Bagi Mach ilmu pengetahuan dapat menjelaskan sensasi atau fenomena mental.

Sekian dulu untuk minggu ini, semoga kalian paham ya...

Babay...

Assalamualaikum :)

Comments

Popular posts from this blog

Pengantar Proses dan Fungsi Mental (Sensasi, Persepsi, Motivasi, Emosi)

Sensasi dan Persepsi

Pengantar Psikologi Umum 1